Di era modern ini, kebutuhan akan energi alternatif semakin meningkat. Bagaimana jika santri mampu menciptakan sumber energi sederhana dari bahan-bahan yang mudah ditemukan? Inilah yang dilakukan oleh tim STEAM dari Pesantren Modern di Tangerang, yang berhasil membuat Mini Poltaic Pile—sebuah baterai sederhana berbasis reaksi kimia yang dapat menghasilkan listrik!
Apa Itu Mini Poltaic Pile?
Proyek STEAM Mini Poltaic Pile adalah versi miniatur dari baterai Volta, yang pertama kali ditemukan oleh Alessandro Volta. Menggunakan kombinasi logam seng, tembaga, dan larutan elektrolit, santri membuktikan bahwa reaksi kimia dapat menghasilkan arus listrik. Proyek ini tidak hanya membangun pemahaman tentang energi alternatif, tetapi juga memperkenalkan prinsip sains dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan-Bahan yang Digunakan
Santri dari kelompok Mini Poltaic Pile yang diketuai oleh Aditya Pratama, dengan anggota Rozin Abqori, Muhammad Ilyas Mubarok, Chowirul Azam, dan Ananda Figar Baraka, berhasil menciptakan baterai sederhana ini menggunakan:
Lempengan logam seng dan tembaga
Kertas atau kain yang direndam larutan elektrolit (cuka atau air garam)
Kabel penghantar
LED kecil sebagai indikator listrik
Cara Kerja Mini Poltaic Pile
Santri merangkai tumpukan logam dengan lapisan kertas yang sudah direndam larutan elektrolit di antara tiap lapisan. Ketika ion bergerak dari satu logam ke logam lainnya melalui elektrolit, arus listrik kecil tercipta, cukup untuk menyalakan LED.
Mengenalkan konsep energi alternatif – Santri memahami bagaimana reaksi kimia dapat menghasilkan listrik.
Edukasi ramah lingkungan – Proyek ini memperlihatkan bahwa sumber daya sederhana dapat dimanfaatkan untuk energi kecil tanpa merusak lingkungan.
Eksperimen yang menyenangkan – Dengan alat sederhana, santri dapat langsung melihat hasilnya dalam bentuk nyala lampu LED.
STEAM di Pesantren: Menggabungkan Sains dan Teknologi dengan Nilai Keislaman
Proyek Mini Poltaic Pile ini membuktikan bahwa pesantren putra dan putri di Tangerang juga bisa unggul dalam bidang sains dan teknologi. Dengan menggabungkan ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, seni, dan matematika (STEAM), santri semakin siap menghadapi era modern tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Kesimpulan
Eksperimen sederhana ini menjadi bukti bahwa sains tidak hanya milik laboratorium canggih, tetapi juga bisa dilakukan di pesantren. Dengan kreativitas dan semangat inovasi, santri Pesantren Modern di Tangerang mampu menciptakan sumber energi ramah lingkungan dari bahan yang mudah ditemukan. Semoga proyek ini menginspirasi santri lain untuk terus berkarya dan berinovasi!